Kamis, 24 Januari 2013

ALVIN AND THE CHIPMUNKS

 Sebuah film yang mendapatkan respon positif dan penghasilan yang cukup besar mengarahkannya ke pembuatan sekuel yang jumlahnya hanya bisa ditentukan oleh para produser yang bersangkutan. Salah satunya adalah film animasi yang mengambil karakter tiga chipmunk yang bisa bernyanyi ciptaan Ross Bagdasarian di tahun 1958.





Film layar lebar pertama Alvin and the Chipmunks rilis tahun 2007 yang mendapatkan dukungan penuh dari studio milik Bagdasarian, Bagdasarian Production. Dilanjutkan dengan sekuelnya, Alvin and the Chipmunks: Squeakquel di tahun 2009, dan Alvin and the Chipmunks: Chipwrecked di tahun 2011. Apakah kualitas film ketiga ini mengalami perbaikan atau justru menurun?


Di lihat dari segi cerita, film ini memang memberikan suasana yang berbeda dengan “melempar” Alvin dan kawan-kawannya ke dalam sebuah petualangan. Kisahnya, Alvin (Justin Long) dan grupnya (Simon (Matthew Gray Gubler) dan Theodore (Jesse McCartney)) beserta Chipettes (Brittany (Christina Applegate), Jeanette (Anna Faris), dan Eleanor (Amy Poelher)) pergi berlayar untuk menghadiri penghargaan musik internasional. Dalam perjalanan, Alvin, si pembuat ulah, melakukan banyak keisengan yang membuat mereka berenam terdampar di sebuah pulau, terpisah dari manager mereka, Dave (Jason Lee). Enam ekor mantan-tupai-liar terdampar di sebuah pulau tak berpenghuni. Terbiasa hidup mewah, mereka belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan dan belajar banyak hal yang selama ini tidak pernah mereka sadari, khususnya untuk Alvin.

Hampir semua film Alvin and the Chipmunks memang didesain dan ditargetkan untuk penonton anak-anak. Film ini dipenuhi berbagai warna mencolok yang menarik mata, perilaku menggemaskan para tupai dengan suara mereka yang khas, dan penampilan memukau mereka dalam menyanyi dan menari. Film ini benar-benar tontonan anak-anak! Bagi Anda yang mencari tontonan untuk mengisi liburan anak-anak Anda, film ini bisa menjadi rekomendasi terbaik!

Oleh karena ditargetkan untuk anak-anak, tidak ada yang bisa dilakukan para orang dewasa untuk ikut menikmati film ini. Pengemasan kisah bisa dibilang cukup baik karena memberikan amanat di akhir cerita. Bagi Anda yang terbiasa menyaksikan film animasi dengan cerita berbobot, seperti Lion King, Up, Madagascar, Toy Story, Arthur Christmas, dan lain-lain, mungkin akan merasa film ini terlalu dangkal dan datar. Tidak ada luapan emosi yang berhasil dibangun, tidak ada greget, tidak ada sesuatu yang istimewa di sana. Film ini hanya untuk disaksikan dan kemudian dilupakan begitu saja sesaat Anda keluar dari studio bisokop.
Satu hal yang mungkin membuat film ini sedikit berbeda dari film-film sebelumnya adalah adanya sensasi petualangan di dalamnya—mengingatkan saya dengan dua film sebelumnya yang hanya dipenuhi adegan menyanyi dari awal hingga akhir film; setidaknya, film ketiga kali ini memiliki porsi menyanyi yang lebih sedikit.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Efek Blog
Efek Blog
Efek Blog