Sebuah film yang mendapatkan respon positif dan penghasilan yang cukup besar
mengarahkannya ke pembuatan sekuel yang jumlahnya hanya bisa ditentukan
oleh para produser yang bersangkutan. Salah satunya adalah film
animasi yang mengambil karakter tiga chipmunk yang bisa bernyanyi
ciptaan Ross Bagdasarian di tahun 1958.
Film layar lebar pertama Alvin and the Chipmunks rilis tahun 2007 yang mendapatkan dukungan penuh dari studio milik Bagdasarian, Bagdasarian Production. Dilanjutkan dengan sekuelnya, Alvin and the Chipmunks: Squeakquel di tahun 2009, dan Alvin and the Chipmunks: Chipwrecked di tahun 2011. Apakah kualitas film ketiga ini mengalami perbaikan atau justru menurun?
Di
lihat dari segi cerita, film ini memang memberikan suasana yang
berbeda dengan “melempar” Alvin dan kawan-kawannya ke dalam sebuah
petualangan. Kisahnya, Alvin (Justin Long) dan grupnya (Simon (Matthew
Gray Gubler) dan Theodore (Jesse McCartney)) beserta Chipettes (Brittany
(Christina Applegate), Jeanette (Anna Faris), dan Eleanor (Amy
Poelher)) pergi berlayar untuk menghadiri penghargaan musik
internasional. Dalam perjalanan, Alvin, si pembuat ulah, melakukan
banyak keisengan yang membuat mereka berenam terdampar di sebuah pulau,
terpisah dari manager mereka, Dave (Jason Lee). Enam ekor
mantan-tupai-liar terdampar di sebuah pulau tak berpenghuni. Terbiasa
hidup mewah, mereka belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan dan
belajar banyak hal yang selama ini tidak pernah mereka sadari, khususnya
untuk Alvin.
Hampir
semua film Alvin and the Chipmunks memang didesain dan ditargetkan
untuk penonton anak-anak. Film ini dipenuhi berbagai warna mencolok
yang menarik mata, perilaku menggemaskan para tupai dengan suara mereka
yang khas, dan penampilan memukau mereka dalam menyanyi dan menari.
Film ini benar-benar tontonan anak-anak! Bagi Anda yang mencari
tontonan untuk mengisi liburan anak-anak Anda, film ini bisa menjadi
rekomendasi terbaik!
Oleh
karena ditargetkan untuk anak-anak, tidak ada yang bisa dilakukan para
orang dewasa untuk ikut menikmati film ini. Pengemasan kisah bisa
dibilang cukup baik karena memberikan amanat di akhir cerita. Bagi Anda
yang terbiasa menyaksikan film animasi dengan cerita berbobot, seperti
Lion King, Up, Madagascar, Toy Story, Arthur Christmas, dan lain-lain,
mungkin akan merasa film ini terlalu dangkal dan datar. Tidak ada
luapan emosi yang berhasil dibangun, tidak ada greget, tidak ada
sesuatu yang istimewa di sana. Film ini hanya untuk disaksikan dan
kemudian dilupakan begitu saja sesaat Anda keluar dari studio bisokop.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar